VARTADIY.com, YOGYA - Dengan langkah tegap Esti Pura maju ke panggung. Nenek berhijab berusia 60 tahun itu sangat percaya diri saat memegang mik. Mengalunlah lagu Bias Sinar yang dipopuplerkan Nicky Astria. Badan yang makin subur tak membuat Esti terkendala memainkan pitch. Nada tinggi masih bisa dilalui.
Aman lagu pertama, Esti melanjutkan lagu kedua: Still of The Night milik Whitesnake. Termasuk lagu sulit. Ada nada tinggi yang harus dikuarkan. Hebatnya, Esti yang pernah menjadi lady rocker andalan Yogya tahun 90-an berhasil mengatasi handicap tersebut.
"Usia 60 tahun, suaranya masih. Penyanyi sejati," puji Ari Burhani mantan drumer KLA Project yang datang di konser ngumpulke balung pisah itu.
Penampilan energetik Esti Pura, satu dari belasan rocker yang terlibat di acara Rock Kangen yang diselenggarakan Yogyakarta Classic Rock di Asmara Coffe Tirtodipuran Yogyakarta, Senin 20 Maret 2023. Rock Kangen yang baru pertama kali digelar, di luar dugaan diapresiasi manis para musisi, penikmat, dan pengamat musik rock.
"Acara ini sekaligus mendeklarasikan komunitas Yogyakarta Classic Rock Yogyakarta sebagai wadah dan ruang silaturahmi sekaligus ruang apresiasi musik dari kita untuk kita," terang Fauzan, vokalis Anterock.
Baca Juga: Gitaris Queen Brian May Bergelar 'Sir'
Rock Kangen yang dikawal pewara Agus 'Becak' Sunandar dan Agus Raka diawali penampilan Thoraq, yang digawangi Kenthut (drum), Gepeng (kibor), Yanto (bass), Koes (gitar). Sang vokalis, Picuk Asmara membuka dengan lagu Deep Purple. Vokalis berikutnya, Fajar mengalunkan dua lagu legendaris: Love Hurt (Nazareth) dan Carrie (Europe). Posisi kibor diisi Wahyudi, vokalis ketiga Budi mengusung Soldier of Fortune dan When A Blind Man Cries milik Deep Purple.
Mantan penyiar radio yang gigih memutar lagu-lagu Beatles, Pak We sigap menyajikan lagu rock'n'roll milik Chuck Berry. Disusul lagu Brian May/Queen bertitel Too Much Love Will Kill You. Di antara para penampil malam itu, Pak We paling tua. Usianya 70 tahun. Namun dibanding Ian Gillan vokalis Deep Purple yang barusan manggung di Solo, Pak We lebih muda 7 tahun. Namun karena bukan penyanyi profesional seperti Ian Gillan, bisa dimaklumi jika terpeleset di nada tinggi. Antusias dan selera tinggi bermusik pemilik nama asli Trimurti Wiedayatno ini patut dipuji.
Pak We turun, Budi naik panggung lagi. Dan tetap ber-Deep Purple ria. Di lagu ketiganya Budi menyanyikan Child in Time yang intronya dikenal mistis.
Thoraq istirahat, giliran Stallion. Tanpa ragu langsung menggeber Panama milik Van Halen. Dan yang mengejutkan, pun memunculkan aplaus panjang, menyenandungkan single band rock Malaysia: Iklim judulnya Suci dalam Debu.
Lia Yures maju membawakan lagu Helloween bertitel A Tale That Wasn't Right. Lady rocker asal Karangmojo Gunungkidul ini tampil prima saat membawakan lagu yang aslinya dilengkingkan Michael Kiske. Timbre, artikulasi, intonasi, pun pernapasan dikuasai Lia dengan baik. Tampak sekali Lia larut dalam penjiwaan di lagu ini. Tak mengherankan vokalnya yang menguar begitu memesona. Bikin merinding. Lia nyanyi dengan hati.
Future World yang juga milik Helloween diteriakkan maksimal Lia. Pemilihan dua lagu Helloween itu juga mengejutkan. Lagu band speed metal Jerman yang biasanya diusung Lia yang kini terlihat agak gemuk adalah Forever and One serta Power (dari album The Time of The Oath). Atau lagu milik Mel Shandy yang bertitel Nyanyian Badai. Lia punya kekuatan luar biasa jika membawakan lagu itu. Mel Shandy sudah tidak kuat mengunci nada tinggi seperti Lia. Mel pernah mengakui itu, dan memuji kejernihan range vokal Lia.
