VARTADIY.com, YOGYA - Industri film tidak segampang yang dibayangkan. Industri film ibarat dagang sapi kata sutradara film Wimbadi JP. Susah ditebak. Yang ahli, pun pakai perhitungan matang, bisa salah. Bisa mengalami kerugian.
"Bisa meleset. Seperti blantik sapi, meski berpengalaman puluhan tahun, bisa salah hitung yang mengakibatkan kerugian. Banyak yang bangkrut. Keluarga saya pedagang sapi, juga mengalami itu. Di film seperti itu, banyak hal yang tak bisa ditebak," terang Wimbadi yang lahir di Mangkuyudan Yogyakarta 63 tahun lalu.
Wimbadi mengambil contoh produksi sebuah film yang berbiaya Rp 25 miliar, dengan banyak pemain bintang. Namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Padahal promosi besar-besaran.
Baca Juga: Pemain Film Yogya Ningsih Maharani Pilih-pilih Skenario
Baca Juga: Rumah Kelahiran Ebiet G Ade Masih Asli dan Asri
Contoh lain, film yang menggarap tema yang dianggap punya banyak massa, seperti grup band dan organisasi keagamaan. Menurut hitungan, jika film tayang, massa yang difilmkan akan menonton.
"Tapi ternyata tidak. Karena massa mereka bukan penonton film. Akibatnya, film jeblok di pasaran. Tidak bertahan lama. Rugi," terang Wimbadi yang banyak belajar dari realitas-realitas itu.
Modal besar, pemain bintang, sutradara, ungkap Wimbadi, tidak menentukan sukses atau tidaknya sebuah produksi film. Di mata Wimbadi, bikin film penuh misteri. Tidak bisa ditebak hasil pasarnya. Berdasar pengalaman, Wimbadi meyakini, film tidak harus dengan pemain mahal.
"Pemain bintang tidak menjamin. XXI kini makin yakin dan paham, bahwa cerita itu lebih penting. Pemain bintang itu nomor sekian," tandas Wimbadi yang sukses menggarap film Misteri Pasar Kaget tahun 2012 dengan biaya yang tidak besar.
Film ini cukup sukses di Indonesia. Bertahan hingga 10 minggu. Mengalami box office di Malaysia, bertahan tiga bulan. DVD Misteri Pasar Kaget juga terlaris. Film Wimbadi yang lain, Penjuru 5 Santri (2015) juga sukses. Tayang di 17 negara.
Baca Juga: Sutradara Film 'Sebening Embun' Indra Tirtana: Skenario Bukan Karya Sastra
Baca Juga: Webseries 'Sebening Embun' Kuras Perasaan Ungkap Kathy Indera
Wimbadi mengalai karier seni dari teater. Tahun 1979 gabung Teater Tikar Sanggarbambu. Tahun 1981 mendirikan Teater Lampu. Setahun kemudian mengajar teater di beberapa SMA di Yogyakarta. Aktif pula sebagai penulis naskah drama dan sutradara. Pernah mementaskan Opera Dakocan, Musim Kawin, Batu Buta Tabu Tuba, Dunia Tanpa Sutris, dan Hamlet.
Tahun 1992 Wimbadi ke Jakarta. Masuk PH Multivision tahun 1997 hingga 2002. Mulai 2003 masuk Soraya Intercine Film sebagai pimpro film Eiffel I'am In Love. Dari 2009-2011 terlibat di FTV SCTV yang syuting di Yogyakarta.