VARTADIY.com, Yogya - Ari Wulu, Direktur Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ke-28 terhenyak saat mendengar dan mendapati grup musik Puser Bhumi asal Pamekasan Madura datang naik dua truk.
"Saya kira itu barang dan gamelan yang diangkut truk. Ternyata personelnya juga. Mengharukan semangat mereka," ungkap Ari Wulu pada VARTADIY.com.
Para penampil di YGF memang tidak mendapat bayaran apalagi uang transport. Serba mandiri. Bukan karena panitia pelit. Situasi dan kondisi memang sangat tidak memungkinkan. Toh begitu, banyak peminat ikut YGF.
Baca Juga: AKN Seni Budaya Yogya Ciptakan Tari Sholawat Montro, Pecahkan Rekor Muri
Baca Juga: Makam Besan Sultan Agung di Banyusumurup Girirejo Imogiri Bantul
Seperti Puser Bhumi yang jauh-jauh dari Pamekasan Madura. Juga Sanggar Seni Panji Asmara. Bahkan UTP Gamelan Group Sanggar Kirana dari Malaysia. Demi tampil di acara bergengsi ini mereka rela keluar biaya sendiri.
Inilah kehebatan YGF, event musik tahunan warisan Sapto Raharjo (alm). Acara yang berwibawa. Bergema hingga ke mana-mana termasuk manca negara. Para penampil rela manggung secara sukarela.
YGF 28 berakhir pada Sabtu 26 Agustus 2023. Empat penampil menyajikan kreasinya. Sanggar Kenanga Laras dari Dusun Tegalkenongo Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta mengawali konser. Sebanyak 12 remaja penuh antusias memainkan empat komposisi: Bang-bang Wis Rahino, Gundul-gundul Pacul, Aja Dipleroki, Jumangkah.
Grup musik yang berdiri pada 24 November 2015 ini berasal dari satu dusun. Tidak hanya remaja, juga ada karawitan anak dan lansia.
"Kami memang senang berkarawitan. Melestarikan budaya leluhur," ungkap Ardian, pimpinan Sanggar Kenanga Laras.
Penampil kedua Parewa, sebuah proyek kolaboratif empat musisi: Abizar Algitari (Bandung), Yussan Ahmad Fauzi (Majalengka), Jigyasu Rahul (India), dan Aldo Ahmad Fithra (Padang).
Karena improvisasi, yang ditampilkan Parewa menjadi tidak jelas. Tanpa konsep. Sekenanya. Penonton dipaksa menikmati main-main mereka. Meski Parewa berkredo, 'Improvisasi adalah senjata ampuh dalam kolaborasi.'
Carang Pakang asal Jepara yang berpasukan 17 orang, menarik hati. Grup musik perkusi yang dibentuk tahun 2009 ini asal Desa Bandengan Jepara. Terbentuk dari lomba tongtek di Alun-alun Jepara, yang akhirnya jadi grup musik.
Empat lagu dilantunkan. Gambang Suling karya Ki Narto Sabdo, Kidung Wahyu Kolosebo, Srengenge, Kemelut, Gemu Famire.
Artikel Terkait
Yogyakarta Gamelan Festival ke-27 Digelar Ndalem Mangkubumen
Ada Tawa di Konser Mistis Yogyakarta Gamelan Festival 2022
Yogyakarta Gamelan Festival 2022 Hari Ketiga: Pentas Gamelan Kaca
Mencari Maestro Karawitan di Yogyakarta Gamelan Festival 2022
Yogyakarta Gamelan Festival ke-28 Dihelat Seminggu
Gamelan Membahana di Plaza Ngasem Hari Pertama Yogyakarta Gamelan Festival ke-28
Malaysia Berjaya di Hari Kedua Yogyakarta Gamelan Festival 2023