• Jumat, 29 September 2023

Yogyakarta Gamelan Festival: Potret Heroik Pelestari Seni Tradisi

- Minggu, 27 Agustus 2023 | 22:52 WIB
Penampilan Parewa di YGF 28 hari terakhir. (Brian Hagar)
Penampilan Parewa di YGF 28 hari terakhir. (Brian Hagar)

VARTADIY.com, Yogya - Ari Wulu, Direktur Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) ke-28 terhenyak saat mendengar dan mendapati grup musik Puser Bhumi asal Pamekasan Madura datang naik dua truk.

"Saya kira itu barang dan gamelan yang diangkut truk. Ternyata personelnya juga. Mengharukan semangat mereka," ungkap Ari Wulu pada VARTADIY.com.

Para penampil di YGF memang tidak mendapat bayaran apalagi uang transport. Serba mandiri. Bukan karena panitia pelit. Situasi dan kondisi memang sangat tidak memungkinkan. Toh begitu, banyak peminat ikut YGF.

Baca Juga: AKN Seni Budaya Yogya Ciptakan Tari Sholawat Montro, Pecahkan Rekor Muri

Baca Juga: Makam Besan Sultan Agung di Banyusumurup Girirejo Imogiri Bantul

Seperti Puser Bhumi yang jauh-jauh dari Pamekasan Madura. Juga Sanggar Seni Panji Asmara. Bahkan UTP Gamelan Group Sanggar Kirana dari Malaysia. Demi tampil di acara bergengsi ini mereka rela keluar biaya sendiri.

Inilah kehebatan YGF, event musik tahunan warisan Sapto Raharjo (alm). Acara yang berwibawa. Bergema hingga ke mana-mana termasuk manca negara. Para penampil rela manggung secara sukarela.

YGF 28 berakhir pada Sabtu 26 Agustus 2023. Empat penampil menyajikan kreasinya. Sanggar Kenanga Laras dari Dusun Tegalkenongo Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta mengawali konser. Sebanyak 12 remaja penuh antusias memainkan empat komposisi: Bang-bang Wis Rahino, Gundul-gundul Pacul, Aja Dipleroki, Jumangkah.

Grup musik yang berdiri pada 24 November 2015 ini berasal dari satu dusun. Tidak hanya remaja, juga ada karawitan anak dan lansia.

"Kami memang senang berkarawitan. Melestarikan budaya leluhur," ungkap Ardian, pimpinan Sanggar Kenanga Laras.

Penampil kedua Parewa, sebuah proyek kolaboratif empat musisi: Abizar Algitari (Bandung), Yussan Ahmad Fauzi (Majalengka), Jigyasu Rahul (India), dan Aldo Ahmad Fithra (Padang).

Karena improvisasi, yang ditampilkan Parewa menjadi tidak jelas. Tanpa konsep. Sekenanya. Penonton dipaksa menikmati main-main mereka. Meski Parewa berkredo, 'Improvisasi adalah senjata ampuh dalam kolaborasi.'

Carang Pakang asal Jepara yang berpasukan 17 orang, menarik hati. Grup musik perkusi yang dibentuk tahun 2009 ini asal Desa Bandengan Jepara. Terbentuk dari lomba tongtek di Alun-alun Jepara, yang akhirnya jadi grup musik.

Empat lagu dilantunkan. Gambang Suling karya Ki Narto Sabdo, Kidung Wahyu Kolosebo, Srengenge, Kemelut, Gemu Famire.

Halaman:

Editor: Brian Hagar

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Roadshow The Girl Fest Surabaya 2023 Sukses Besar

Rabu, 27 September 2023 | 17:04 WIB

Magisha Thohir : Papa Diam-Diam Suka Dance KPop

Minggu, 24 September 2023 | 21:44 WIB

Zizi Zakiyah Model Cilik Berprestasi Nasional

Jumat, 22 September 2023 | 11:35 WIB

Kenapa Film Horor Lebih Banyak Syuting di Yogyakarta?

Senin, 18 September 2023 | 09:02 WIB

Teror Iblis Valak Belum Selesai di ' The Nun 2'

Rabu, 6 September 2023 | 16:07 WIB

Ende Riza 30 Tahun Berpantomim

Kamis, 31 Agustus 2023 | 08:13 WIB

Azza Koto Dipuji Fadli Zon

Senin, 28 Agustus 2023 | 11:44 WIB
X