VARTADIY.com, YOGYA - Darah seni yang mengalir dari ibunya,
membuat Niken Esia akhirnya berkutat di kancah kesenian. Warga
Semin Gunungkidul Yogyakarta ini dikenal sebagai sinden dan
penyanyi. Jangkauan pentas Niken tak hanya di Yogyakarta dan
sekitarnya. Hingga luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatra.
Niken sudah mendalami seni tradisi sejak kelas 4 Sekolah Dasar. Di usia yang masih anak-anak itu, Niken sudah mampu nyinden dan nyanyi. Pun menerima job pentas.
"Saya lebih sering nyanyi campursari. Kalau nyinden (di pentas
wayang kulit), pilih-pilih. Soalnya durasi pentas lama. Sampai pagi. Capek. Ngantuk," ungkap Niken pada VARTADIY.com.
Baca Juga: Terinspirasi Kisah Teman, Bemandry Rilis Single 'Jangan Mau LDRan'
Baca Juga: Rumah Kelahiran Ebiet G Ade Masih Asli dan Asri
Baca Juga: Mencari Maestro Karawitan di Yogyakarta Gamelan Festival 2022
Kinasih, ibu Niken, dikenal sebagai seniwati tradisi multi bidang.
Pemilik Sanggar Seni Bale Kinasih.
Mengacu idealisme, nyinden sebenarnya lebih bergengsi dan
membanggakan. Namun karena kendala itu, job nyanyi yang lebih
diutamakan.
Menjadi seniwati yang dikenal masyarakat, menurut ibu dua anak ini sangat menyenangkan. "Dihormati, disegani. Jam kerjanya tak
terpaut kontrak. Bebas," papar Niken.
Keseriusan mendalami karawitan dibuktikan Niken dengan sekolah di SMKI Solo. Hingga kini menikmati yang sedang ditapaki.
Amatan Niken, saat ini banyak anak muda yang tertarik menjadi
sinden. Parameternya, anak dan remaja di kampung-kampung belajar nyinden di sanggar seni atau sekolah.
"Dulu dianggap kuna. Malu. Sekarang tidak. Sekolah sinden banyak muridnya. Mereka tidak malu lagi karena pengaruh media, yang mengangkat prestise nyinden," ungkap Niken yang tahun ini berusia 30 tahun.
