VARTADIY.com - Kekejian Nazi membantai kaum Yahudi --menewaskan 6 juta manusia-- terus menjadi polemik. Meski ada yang meragukan jumlah fantastis yang terbunuh itu --dan menganggapnya sebagai propaganda-- sang komandan aksi tersebut: Adolf Hitler, masih jadi sorotan hingga kini.
Bukan hanya kekejaman pria kelahiran 20 April 1889 itu. Latar belakang Hitler membenci Yahudi masih diperdebatkan. Padahal sudah meninggal 78 tahun lalu.
Hitler berdarah Yahudi, dari gen ibunya. Biasanya sukuisme potensial mengalir dalam nadi manusia, yang kemudian melahirkan fanatisme tak bermutu. Hitler beda. Paradoksal dengan konvensi tersebut. Ada apa? Sejumlah analisis mencuat menegaskan latar belakang 'sakitnya' sang diktator itu.
Baca Juga: Kanjeng Ratu Kidul Suka Brongkos
Baca Juga: Djohan Ekspresi Jadi Aktor Bermodal Galau
Pertama didasarkan kenyataan masa lalu pengap Hitler yang berkubang kemiskinan. Usia 19 tahun, Hitler hidup sendiri, setelah ditinggal orangtuanya. Kerja serabutan untuk bertahan. Kemelaratannya bertolak dengan nuansa Kota Wina --tempat ia tinggal-- yang dipenuhi orang Yahudi kaya.
Hitler dianggap sebagai rongsokan yang tak perlu dipandang, terlebih diopeni. Orang-orang kaya itu tidak punya rasa belas kasih, meski satu gen. Hitler yang tersia-sia, marah. Sedih melihat ketimpangan itu. Latar belakang ini ditengarai yang bikin Hitler benci Yahudi.
Anslisi kedua, Hitler pernah dikecewakan pramunikmat berdarah Yahudi. Setelah 'jajan', melampiaskan kebutuhan biologis dengan pelacur itu, Hitler kena penyakit kelamin. Sipilis. Sumber yang beredar, penyakit itu menyebabkan Hitler impoten. Kecewa. Marah. Hitler langsung memasang bendera dendam: benci orang Yahudi, yang telah bikin dirinya sengsara.
Baca Juga: Buka Puasa di Warung Oyo Delish Milik Carlo Jikustik: Menunya Menantang dan Lezat
Baca Juga: Rock Kangen: Pesta Musik Cadas dan Ajang Bersua Musisi Lama
Ketiga, ibunya yang sakit kanker tak bisa tertolong jiwanya. Meninggal. Hitler yang saat itu hanya bergantung pada ibunya, begitu nestapa. Kecewanya dilampiaskan pada dokter yang merawat ibunya. Kebetulan dokter itu Yahudi. Di mata sejarawan Rudolf Binion, peristiwa itu yang memicu tumbuhnya anti Yahudi di benak dan batin Hitler.
Entah latar belakang mana yang valid, yang jelas memutus hak hidup manusia, jelas bukan tindakan bagus. Wajar bila Hitler dianggap sebagai jelmaan iblis. Kekejamaannya tiada tara, menurut sejarah. (*)