VARTADIY.com, Yogya - Banyak yang masih salah sebut:
ecoprint pengembangan batik. Hal tersebut tidak benar.
Ecoprint bukan batik, kata Fitriani Kuroda, tokoh ecoprint yang
tinggal di Sleman Yogyakarta.
"Betapa sulit menjelaskan bahwa ecoprint bukan batik. Ini tugas
bersama menjelaskan terus-menerus tanpa henti, bahwa tokoh-
tokoh batik tak ingin kehilangan pamor batik sebagai identitas
Indonesia. Mari kita mendudukkan ecoprint bersahabat dengan
batik," ujar Fitriani.
"Kita temukan kata-kata nyaman yang mungkin bisa. Misal,
'Ecoprint diproses tanpa malam' atau 'Proses ecoprint tidak
menggunakan malam'. Ini akan jelas bahwa semua proses yang
tidak menggunakan malam bukan batik. Mungkin ini lebih bisa
diterima kalangan batik, sehingga mereka paham," tambah
pimpinan PT Milangkori Persada itu.
Baca Juga: Usir Kesedihan dan Bangun Percaya Diri dengan Yoga
PT Milangkori Persada mendukung karya para Kartini Indonesia
yang tergerak membuat ecoprint dengan mensponsori bahan
kain ecoprint menggunakan serat Cupro Bemberg™. Harapan Fitriani, para ecoprinter mendapatkan karya lebih berkualitas, karena menggunakan kain inovasi baru setara sutera.
November 2021, diluncurkan buku 103 Karya Kartini Indonesia
karya Inen Kurnia dan Wirasanti di Rumah Celup Indonesia, milik Fitriani. Dihadiri GKR Hemas, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPP), yang juga istri Sri Sultan Hamengku Buwono X. Serta Gusti Putri, istri Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X.
Buku 103 Karya Kartini Indonesia berisi karya 30 ecoprinter
berusia 60-83 tahun dari seluruh Indonesia, yang tergabung di
Komunitas Peserta Workshop Online Alumunium Acetate
Mordant.
Menurut Inen, buku ini sebuah inspirasi dan motivasi besar
untuk semua perempuan Indonesia, bahwa belajar tidak
mengenal usia. Berkreasi bisa dilakukan sepanjang masa.
"Sebuah semangat Ibu kartini yang terwujud menjadi nyata
pada masa kini. Di masa pandemi kita tetap tidak berdiam diri,
terus berkreasi menciptakan seni dengan semangat yang Insya
Allah terus menjadi," papar Inen, warga Tangerang.
Peluncuran buku ini didukung Asosiasi Ecoprinter Indonesia
(AEPI), wadah para ecoprinter Indonesia.
"Semoga buku ini bisa menginspirasi kita semua untuk lebih
semangat berkarya. Umur bukan penghalang berkarya," ujar
Wirasanti yang tinggal di Depok Jawa Barat.
Kreativitas bangsa Indonesia yang memunculkan kain ecoprint,
telah menjadi inspirasi bagi anak bangsa lain. Semoga ke
depan tidak ada lagi yang salah persepsi: ecoprint bagian
pengembangan batik. Yang benar: ecoprint bukan batik. (***)