VARTADIY.COM, SOLO-Merokok merupakan akitifitas yang berdampak merugikan bagi
kesehatan individu, masyarakat dan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian
rokok untuk jaminan kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta dr Siti Wahyuningsih kepada media saat sosialisasi memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia Tahun 2023, kolaborasi Yayasan KAKAK dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Pemuda Penggerak dan Gempita Surakarta mengadakan peringatan HTTS 2023 dengan tema "We Need Food Not Tobacco" di Car Free Day Solo
Minggu, 28 Mei 2023
Sementara Shoim Direktur Yayasan KAKAK mengatakan
peran anak muda dan masyarakat dalam menekan trend kenaikan perokok menjadi hal yang
penting, tetapi juga harus didukung dengan kebijakan yang kuat. Apalagi saat ini RUU
Kesehatan yang dibahas harus memiliki kekuatan untuk menekan konsumsi dan peredaran
rokok melalui pelarangan iklan, promosi, dan sponsor rokok dalam bentuk apapun.
Baca Juga: Capres Ganjar Pranowo Pamitan, Juga Beri Penghargaan Untuk 1407 Pendonor Darah. Ini Ulasannya
Kebijakan
ini menjadi dasar mengembangkan kebijakan ditingkat daerah sehingga upaya menurunkan
trend perokok bisa diwujudkan, ujar Shoim
”Menurunkan angka stunting
menjadi tanggung jawab banyak pihak baik diantaranya pemerintah,masyarakat, swasta dan
semua elemen yang ada.
Pengendalian stunting dipengaruhi oleh peningkatan angka
perokok.
Dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini bertujuan untuk menekan
angka perokok pemula.Peranan generasi muda sangat besar sebagai motor pembangunan
kesehatan,sehingga mencegah perokok pemula dan dampak asap rokok sehingga generasi
muda yang cerdas ,sehat dan berkualitas. Pengendalian jumlah perokok akan akan
berkontribusi pada PR Bangsa untuk menekan angka stunting dan mewujudkan zero new
stunnting 2024.
Rokok mengandung lebih dari 4.000 jenis zat kimia berbahaya
bagi kesehatan mulai dari nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan penyakit kanker
paru-paru, TBC, Jantung , atau komplikasi yang berujung kematian.
Menurut data WHO
Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan
India.
Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat
rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok.
Hasil penelitian WHO bekerja sama
dengan US National Cancer Institute menyatakan angka kematian akibat tembakau
diproyeksikan meningkat dari enam juta kematian per tahun menjadi delapan juta per tahun pada 2030, dengan lebih dari 80 persen terjadi di negara berpendapatan menengah ke bawah.
Selain menimbulkan berbagai penyakit perilaku merokok pada orangtua diperkirakan
berpengaruh pada anak stunting dengan dua cara.
Yang bertama, melalui asap rokok orang tua
perokok yang memberi efek langsung pada tumbuh kembang anak.
Seperti yang disebutkan
oleh Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Bernie Endyarni
Medise, Sp.A(K), MPH, “Asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak, yang pada
akhirnya akan mengganggu tumbuh kembangnya.”
Artikel Terkait
Yayasan KAKAK Kolaborasi Dengan Organisasi Anak Muda Gelar Aksi Lindungi Anak Dari Merokok. Ini Ulasannya