• Selasa, 26 September 2023

CISDI dan Yayasan Kakak Kolaborasi Putar Film Tentang Nasib Merana Petani dan Buruh Rokok. Ini Ceritanya

- Sabtu, 21 Januari 2023 | 21:15 WIB
CISDI dan Yayasan Kakak Kolaborasi Putar Film Tentang Nasib Merana Petani dan Buruh Rokok. Ini Ceritanya  (Andjar Hari Wartono)
CISDI dan Yayasan Kakak Kolaborasi Putar Film Tentang Nasib Merana Petani dan Buruh Rokok. Ini Ceritanya (Andjar Hari Wartono)

VARTADIY.COM, SOLO-Munculnya
narasi petani dan buruh tembakau akan terdampak buruk terkait kenaikan cukai tembakau.

Ternyata di realita di lapangan malah
berbanding terbalik.

“Di lapangan, para petani mengeluhkan tentang tata niaga yang belum baik. Mereka tidak memiliki
kemerdekaan menentukan harga.

Baca Juga: Pengukuhan Pengurus Kadin Solo 2022-2027 Dimeriahkan Talk Show. Catat Waktunya

Belum lagi faktor cuaca yang kadang membuat petani gagal panen.
Jadi, kerugian mereka tidak ada hubungannya dengan cukai.

Malah jika dialokasikan
dengan tepat, Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCHT) justru berdampak baik untuk petani,” tutur Iman Zein Project Lead Center
for Indonesia Strategic Development Initiative (CISDI) di sela pemutaran film dokumenter Film Dokumenter “Di Balik Satu Batang” di Platinum Cineplex, Solo Baru, Sabtu, 21 Januari 2023

Senada dengan CISDI, Direktur Yayasan KAKAK Shoim Sahriati menuturkan “Prevalensi perokok
anak terus meningkat 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018 atau setara dengan
7,8 juta. Kenaikan cukai rokok yang diiringi naiknya harga rokok akan menjawab persoalan
keterjangkauan harga rokok di kalangan anak sehingga angka perokok permula di kalangan anak
dapat ditekan. Kenaikan cukai merupakan bentuk upaya perlindungan anak” katanya.

Baca Juga: Telkom Konsisten Dorong Akselerasi Digital di Dunia Pendidikan. Ini Ulasannya

Film "Di Balik Satu Batang” ini menampilkan
potret realita buruh dan petani tembakau dalam ekosistem bisnis rokok.

Project Lead Tobacco Control CISDI sekaligus sutradara film, Iman Zein mengungkapkan


Kerap muncul
narasi petani dan buruh tembakau akan terdampak buruk kenaikan cukai tembakau. Tapi ini
berbanding terbalik dengan temuannya di lapangan.

Baca Juga: Wong Solo Grup Sebagai Penyedia Makanan Untuk Jamaah Haji dan Umroh Didoakan Ulama NU Sukses Dunia Akherat

“Di lapangan, para petani mengeluhkan tentang tata niaga yang belum baik. Mereka tidak memiliki
kemerdekaan menentukan harga.

Hal ini dikonfirmasi Sukiman dan Istanto yang menjadi narasumber di film tersebut, dimana
dulunya mereka bekerja sebagai petani tembakau. Kini keduanya memilih menanam secara
multikultur.

Halaman:

Editor: Anjar Hari Wartono

Artikel Terkait

Terkini

X