VARTADIY.com, YOGYA - Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer, anomali suhu muka laut terpantau positif di Laut Jawa dan Samudera Hindia Selatan Jawa yakni +1.0 °C s/d +4.9 °C.
Indeks ENSO di Nino 3,4 bernilai -0.71 yang menyebabkan potensi
peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, serta Indeks IOD
bernilai -0.11 yang berarti suplai uap air dari wilayah Samudera
Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat tidak signifikan, tidak
mendukung pembentukan awan hujan.
"Kondisi tersebut didukung adanya pusat tekanan udara rendah di
Samudera Hindia sebelah Barat Daya Sumatera, Kalimantan, dan
Papua yang menyebabkan terbentuknya wilayah konvergensi atau
pertemuan massa udara, dan shearline atau daerah belokan angin
di wilayah Jawa dan Laut Jawa, sehingga memicu peningkatan
potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta," kata Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta,
Warjono, dalam rilis yang dikirim ke VARTADIY.com.
Baca Juga: Fast House, Rumah Cepat Jadi Hemat Waktu dan Anggaran
Baca Juga: Nama dan Tanggal Lahir Membawa Frekuensi Keharmonisan Hidup
Baca Juga: Tosa Santosa: Panggung Fesyen Harus Dongkrak Eksistensi dan Prestise Perancang Busana
Profil vertikal kelembaban udara yang relatif cukup tinggi, ungkap
Warjono, mencapai >80 persen dan labilitas lokal yang cukup kuat
turut berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di sebagian
wilayah Indonesia termasuk D.I Yogyakarta.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, BMKG DIY memprakirakan
potensi curah hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat
disertai kilat/petir dan angin kencang untuk periode tgl. 16 - 18
November 2022 dapat terjadi di wilayah DIY.