VARTADIY.com - Meski merebak Dawet ayu Banjarnegara di mana-mana, selalu ada nuansa beda. Bahan dan sajian sama namun bisa beda rasanya.
Lusi Windriani, penjual Dawet ayu yang mangkal di Jalan Raya Pucang Banjarnegara Jawa Tengah memaparkan pengalamannya.
"Rasanya beda menurut pengakuannya orang-orang yang merasakan. Kenyataannya memang seperti itu. Saya pernah beli Dawet ayu di Alun-alun Wonosari rasanya juga beda. Padahal yang jual asal Banjarnegara," ungkap Lusi.
Berdasar pengalaman itu, Lusi menyimpulkan Dawet ayu Banjarnegara meski sama bentuknya, rasanya bisa beda. Dawet atu yang dijajakan di Jalan Raya Pucang Banjarnegara juga beda rasa antarpenjual.
Baca Juga: Di Playen Gunungkidul, Ibu-ibu Belajar Nulis Cerpen Sambil Gendong Anak
Baca Juga: Ebiet G Ade Beri Kado Puisi Ulang Tahun ke-41 Pernikahan dengan Yayu Sugianto
Ibu dua anak yang jualan Dawet ayu sejak 13 tahun lalu itu mengakui, olahan penjual bisa memengaruhi rasa.
"Padahal kalau dipikir menunya sama. Kalau menurut saya, yang bikin beda adalah gula jawanya. Kadang ada yang pakai campuran. Kalau cendol dan santan kan standar. Mungkin juga karena takarannya saat mengambil gula jawa atau santan," ungkap Lusi yang lahir tahun 1988.
Dawet ayu ikon Banjarnegara. Masyarakat melestarikan hingga sekarang. Di kampung Lusi, mayoritas berdagang Dawet.
"Ini yang sederet dengan saya masih satu RT. Ada delapan penjual Dawet," papar warga Pucang Kecamatan Banjarnegara itu.
Banyaknya warga yang berjualan Dawet, karena minuman ini punya peluang bisnis tinggi. Modal kecil untungnya besar. Diterangkan Lusi, jualan minuman khas warisan leluhur ini hanya perlu membuat cendol dari tepung beras, sagu dan tumbukan daun pandan.
Bahan lain santan dan gula jawa yang dicairkan. Dibanding jenis makanan lain, bakso misalnya, pembuatan Dawet ayu tidak memakan waktu dan sangat sederhana. Modal tidak terlalu banyak.