VARTADIY.com - Keheranan Scott Ian --gitaris Anthrax-- melihat penonton merekam konsernya dengan handphone, menggema panjang.
Musisi plontos berjenggot lebat itu tak bisa memahami sikap penonton seperti itu. Scott logis. Pemikirannya masuk akal. Melarang penonton merekam konsernya. Namun penonton yang jelas melakukan pelanggaran hukum, sebenarnya tak bisa disalahkan begitu saja. Konser band idolanya: Anthrax, direkam
sebagai kenang-kenangan. Meski mereka (penonton) tahu, kualitas rekaman tidak maksimal.
Ini yang diherankan Scott. Kenapa penonton tidak memanjakan matanya menatap panggung dan penampilan musisi? Malah memelototi layar handphone.
"Orang datang ke sebuah konser, keluar uang untuk melihat pentas dan berdiri dengan handphone-nya. Kupikir itu idiot. Berdiri di depan panggung konser dan kamu hanya melihat (penampilan musisi) dari layar handphone," kata Scott pada NY Hard Roxk Examiner.
Sebuah sindiran yang memunculkan kesadaran: kita kadang sering berbuat bodoh tanpa tersadari. Kebodohan serupa terjadi di konser Masterplan di Slovakia, Oktober 2013. Rick Altzi menawarkan pada
penonton yang memadati Colloseum Music Pub.
"Kalian ingin lagu apa?" tanya vokalis Masterplan itu.
"Helloween," jawab seorang penonton.
Kalimat itu membuat kecut personel Masterplan. Bukan tanpa alasan jika Helloween diteriakkan di konser tersebut. Roland Grapow --dedengkot Masterplan-- mantan gitaris Helloween. Masih ada benang merahnya.
Namun juga bukan permintaan bijak. Malam itu bukan konser Helloween, tapi Masterplan. Bodoh atau penonton sedang mabuk? Entah. Yang jelas permintaan itu seolah tidak menghargai Masterplan yang jauh-jauh datang dari Jerman, manggung di pub itu. Permintaan yang membuat Roland tersenyum ngungun.
"Tidak sekarang (membawakan lagu Helloween)," ucap Roland di depan penonton.
Mengacu amsal di atas, agaknya kita perlu memikir ulang, yang kita lakukan 'sehat' atau masuk kategori tolol. Benturkan dengan logika. Bila tidak logis, berarti ada yang salah dengan yang kita lakukan. Contoh paling sederhana, naik motor dengan kecepatan pelan karena ingin menikmati atmosfer kota. Logikanya harus mepet kiri jalan. Namun tak sedikit yang bias logika: naik motor pelan, sambil bingung di tengah jalan. Jelas sebuah kebodohan. Koplak. Namun banyak yang tak sadar. Baru merasa melakukan
kesalahan setelah mobil di belakang membunyikan klakson agar kita menepi.
Baca Juga: Epilog: Penyair Identik dengan Kemalasan?
Baca Juga: Rock Kangen: Pesta Musik Cadas dan Ajang Bersua Musisi Lama
Benarkah melanggar hukum akal sehat boleh dilakukan demi memuaskan batin? Logikanya tidak. Namun dari beragam kejadian konyol seperti itu, agaknya manusia kadang semau sendiri. Membodohkan diri! (*)