VARTADIY.com - Tumbuhan honje (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm.) yang nama umumnya dikenal dengan kecombrang termasuk suku Zingiberaceae, ditemukan saat kami melakukan ekspedisi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Lampung Baear Lampung. Tumbuh di tepi sungai pada ketinggian 766 m dpl, tanah
liat, warna tanah coklat, pH 5.6, kelembaban tanah 80 persen. Suhu udara 20°C, kelembaban udara lebih dari 100 persen, intensitas cahaya agak teduh dengan naungan 50 persen. Tumbuh dengan kemelimpahan umum (6-25 persen), pola penyebarannya kelompok besar.
Tumbuhan honje yang berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang-pisangan. Jika batang sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe, dengan tinggi mencapai 5 m. Batang-batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya; tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun jarang, keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, kemerah-jambuan ketika masih muda.
Daun 15-30 helai tersusun dalam dua baris, berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.
Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang, dengan daun pelindung bentuk jorong, merah jambu hingga merah terang, berdaging, melengkung membalik jika mekar. Kelopak bentuk tabung, terbelah. Mahkota bentuk tabung, merah jambu.
Bunga honje hutan dimanfaatkan sebagai bahan campuran atau bumbu penyedap aneka masakan di Nusantara. Orang banyak menggunakan bagian bunganya yang masih kuncup dan berwarna merah muda. Bunga ini memiliki bentuk memanjang dengan ukuran cukup besar. Bunga ini mengeluarkan aroma segar dan rasa khas yang harum sehingga banyak orang menjadikannya bumbu penyedap. Rasanya asam mirip jeruk lemon dan pedas jahe dengan aroma harum serai, yang saat ini sebagai alternatif menu dengan bumbu dari honje.
Nama lain kantan, kincung (Medan), kincuang dan sambuang (Minangkabau) serta siantan (Malaya). Banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak di Asia. Selain Indonesia, kecombrang juga banyak dipakai di Malaysia dan Thailand. Orang Thailand menyebutnya kaalaa. Tanaman ini bunga, buah, serta bijinya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran.
Honje di Bali, masyarakat memanfaatkan bagian bunga dan batang mudanya. Setelah diiris kasar, dan batangnya yang disebut bongkot ini biasa dijadikan campuran sambal matah, biasa dijadikan lalapan
ataupun direbus untuk disantap dengan sambal.
Di Jawa Tengah mengolah kecombrang sebagai campuran urap ataupun pecel. Kecombrang kukus sering dijadikan pecel di Banyumas. Sementara di Pekalongan ada urap yang terbuat dari nangka muda dengan campuran kecombrang iris.
Di Jawa Barat kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal. Demikian pula buahnya dan bagian dalam dari pucuk (tunas) yang muda, biasa digunakan dalam masakan atau campuran sambal. Walaupun kurang populer.
Di Sumatera Utara, tunas bunga digunakan untuk hidangan yang disebut arsik ikan mas. Di Karo, jenis ini dikenal sebagai cekala asam (asam berarti 'asam'), dan kuncup bunga, bersama dengan polong matang berupa biji hitam kecil merupakan unsur penting dari versi Karo dari asam sayur, dan sangat cocok untuk memasak ikan segar.
Sedangkan Sulawesi Selatan, bunga ini populer disebut patikala. Hidangan yang biasa dimasak dengan bunga ini adalah pallu mara yang berbahan baku ikan. Ada juga urap khas Luwu bernama kapurung yang selalu mencampur irisan bunga kecombrang.
Honje cukup populer sebagai bahan makanan di Indonesia. Manfaat buah honje sendiri sangat baik untuk kesehatan tubuh, karena di dalam buah honje terdapat kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena selain memiliki rasa yang khas kecombrang juga dapat membantu memelihara kesehatan tubuh.