• Kamis, 28 September 2023

Anak Bukan Sumber Kesalahan Keluarga

- Selasa, 11 April 2023 | 13:05 WIB

 

 

VARTADIY.com - Tak sedikit orangtua yang berpikir pintas saat mendapat problem hidup. Anak menjadi tumpuan kesalahan. Meski sebenarnya tidak total, sekadar pelampiasan. Namun bagi anak, tudingan tersebut bisa memengaruhi psikologisnya. Bahkan bisa membuatnya bunuh diri.

Seorang pelajar mengirim pesan WA kepada seorang psikolog. "Bu, saya... (menyebut namanya). Hari ini kayaknya hari terakhir saya pengen beneran hidup. Soalnya saya sudah terlalu capek selama ini. Saya juga bisu, nggak bisa cerita apa-apa ke keluarga. Karena dari awal juga saya nggak pernah percaya sama mereka. Saya hari ini mau pergi lagi dari rumah. Dan coba buat mati atau nggak tahulah, Bu, saya pusing. Doain saya, ya Bu. Terimakasih."

Pesan WhatsApp tersebut diterima Tri Novita Herdalena SPsi Psikolog CPC saat dalam perjalanan pulang dari kegiatan di sebuah hotel di Yogyakarta. Pengirimnya remaja yang sebenarnya mantan kliennya tiga tahun lalu, saat Novi masih bertugas di sebuah puskesmas.

Baca Juga: Manfaat Curhat: Pereda Beban Berat, Pendorong Semangat

Baca Juga: Kerajaan Majapahit Didirikan dengan Siasat Licik

"Keinginan itu sebenarnya bukan keinginan bunuh diri yang pertama kali. Sebelumnya, dia sudah menyampaikan melalui video saat dia sedang menyayat lengannya dengan cutter," kata Novi.

Menurut psikolog klinis yang tinggal di Sleman Yogyakarta, kisah tersebut berawal kasus perundungan yang dialami di sekolah. Berlanjut menjadi kasus perundungan cyber. Masalah, jelas Novi, tak hanya berhenti di situ. Remaja tersebut tidak mendapat dukungan dan perhatian dari keluarga.

"Orangtua tidak menjadi teladan yang baik bagi dirinya. Dia dijadikan sumber kesalahan keluarga," terang Novi, founder Bunda
Jogja Center & Consulting.

Setelah bertemu keluarganya, Novi mendapati fokus orangtua selalu pada masalah, bukan solusi. Pikiran Novi melayang pada sahabat KKN yang dulu memberi sinyal bunuh diri. "Panjang ternyata kalau bicara tentang kasus seseorang yang memiliki keinginan bunuh diri. Apabila Anda orang yang dikontak oleh siapapun dan dia dalam rangka bunuh diri, yakinlah ini upayanya untuk meminta bantuan dari sekelilingnya. Jangan diabaikan," ucapnya.

Jika seseorang sudah putus asa dan merasa tidak mendapat perhatian sekelilingnya, dia akan tinggal menjalankan upayanya bunuh diri. "Alhamdulillah, dari semua keinginan bunuh diri dari klien dan sahabat yang menghubungi saya, tidak pernah terjadi. Semoga tidak pernah terjadi," papar Novi.

Dari beberapa pengalaman menangani kasus tersebut, Novi menyarankan yang perlu dilakukan dalam upaya mencegah bunuh diri. Pertama empati. Penting untuk mengembangkan rasa empati pada mereka yang ingin melakukan bunuh diri. Jadikan kita sebagai sahabat yang bisa mendengarkan dengan baik yang mereka curahkan. Kemudian memahami pikiran, perasaan dan perilakunya. Fokus pada kemampuannya menyelesaikan masalah di luar upaya bunuh diri.

Kedua, merujuk ke psikolog klinis atau psikiater. Bila kita psikolog harus segera berkoordinasi dengan Puskesmas atau kader kesehatan jiwa terdekat. Ketiga, meminta memberi tahu keluarga. Melakukan pendekatan secara baik dengan keluarga. Keluarga adalah terapis terbaik upaya pencegahan bunuh diri. Keempat, tetap menjaga kontak dengannya, dan memastikan dirinya telah mendapatkan bantuan.

Halaman:

Editor: Brian Hagar

Tags

Terkini

September Ceria Fashion Festival 2 Lebihi Target Peserta

Senin, 18 September 2023 | 13:02 WIB

Makanan Wajib Sultan Yogya Turun Temurun Ternyata Ini

Senin, 11 September 2023 | 19:24 WIB

Ani Seto Sajikan Kimono Lukis di Jogja Japan Week 2023

Senin, 4 September 2023 | 22:16 WIB

Subordinasi dan Konotasi 'Cegil' yang Sedang Viral

Senin, 21 Agustus 2023 | 23:27 WIB
X