VARTADIY.com - Kawasan perkotaan yang dilintasi sungai merupakan anugerah besar sebagai sumber kehidupan; indah jika ditata dan dirawat dengan baik. Sungai merupakan tempat kegiatan masyarakat untuk transportasi, pusat hiburan, pusat kegiatan wisata, dan sumber kehidupan yang sehat, oksigen, air, dan perdagangan bagi masyarakat sekitar sungai.
Tentu hal ini harus diciptakan dan dianalisis dengan baik, dampak positif dan negatifnya, sehingga dampak negatifnya harus dihilangkan. Memanfaatkan Sungai Code, Gajah Wong, dan Winongo di Kota Yogyakarta sebagai transportasi air yang unik, mengurangi lalu lintas darat, jarak pendek ke tempat rekreasi, kenyamanan
Sungai Gajah Wong, contoh amfiteater untuk pertunjukan pendek menarik, ketika pengguna perahu singgah sambil menikmati atraksi atau gamelan atau musik tradisional dan berbelanja kerajinan tangan. Sambil menikimati kuliner khas Yogya yang lezat. Perahu unik ini mengambil ornamen dari keraton dan lingkungan keraton (istana Sultan) di Provinsi DIY.
Baca Juga: 10 Lagu Berpengaruh dalam Hidup Versi Mel Shandy, Brian Jikustik, dan Danny Sabian Hamda
Baca Juga: Risiko Anak Gunakan HP Lebih dari 2 Jam Sehari: Terlambat Bicara dan Autis Meningkat
Penjelasan ornamen kapal unik ini mengambil ornamen keraton. Dari kiri ke kanan simbol pada perahu: sepasang burung di tiang bawah ornamen Tamansari, alas di pendapa istana. Ornamen Praba dan Tlacapan balai istana Praja ornamen Cina di teras papan nama atas di istana Kali Code. Sungai Gajah Wong dan Winongo perlu diperbaiki agar transportasi air mendukung tempat wisata yang sangat dekat.
Sungai Code berada tidak jauh dari 4 tempat wisata yaitu Taman ST Prawiro, Museum Benteng Vredeburg, Pasar Beringharjo dan Keraton Yogyakarta. Sungai Gajah Wong tak jauh dari berbagai tempat wisata mulai Candi Sambisari, Plason, Ijo dan Prambanan, Keraton Ratu Boko, Karst Sone Breaksi, Museum Dirgantara dan Affandi, industri perak Kotagede dan Makam Kotagede. Sungai Winongo tidak jauh dari tiga tempat wisata ST Malioboro, Taman Sari, dan Borobudur. Sungai Gajah Wong, Winongo, dan Code perlu diperbaiki agar transportasi air mendukung tempat wisata yang sangat dekat.
Dampak utama kemacetan lalu lintas darat berkurang, karena pembagian transportasi jarak jauh, dan transportasi jarak menengah sebagian besar melalui perairan, sehingga kesemrawutan lalu lintas darat berkurang. Jika transportasi air diwujudkan secara terpadu maka akan mengurangi kerusakan lingkungan terutama pencemaran udara, kemacetan lalu lintas, berkurangnya pemborosan bahan bakar, pencemaran udara. Diharapkan kapal mesin listrik.
Di area persinggahan sementara atau persinggahan awal dan akhir, terdapat fasilitas untuk pameran atau pertunjukan dengan panggung yang terbatas. Panggungnya dibuat 2 lantai: bagian bawah untuk pameran, makanan tahan lama untuk dibawa keluar DIY. Hal ini memudahkan wisatawan melakukan transaksi belanja,
melihat lokasi, dan kuliner yang ada di daratan.
Ada banyak kegiatan kuliner, dan sebagian besar wisata belanja dipindahkan di dekat dermaga atau halte kapal. Bagian atas panggung untuk pertunjukan tari atau musik tradisional. Kegiatan di sekitar dermaga dilanjutkan dengan kendaraan tradisional karena jarak tempuh relatif dekat. Transportasi tradisional tanpa polusi yaitu andong dan becak.
Baca Juga: John Deacon, Pebass Queen : Menghilang ke Mana?
Baca Juga: Ebiet G Ade Beri Kado Puisi Ulang Tahun ke-41 Pernikahan dengan Yayu Sugianto
Bila transportasi air akan di wujudkan, perlu detail engineering dengan hasil laboratorium tes air sungai termasuk arus, laju endapan, ketinggian air saat musim hujan, saat kemarau dan kemungkinan endapan lahar Merapi. Mengatasi lumpur muntahan Merapi secara engineering bisa diatasi.
Pengelolaan transportasi air dan wisata aksesibilitas harus berbasis masyarakat. Diharapkan masyarakat menjaga dan merawat lingkungan. Menjadi dambaan akan kesejahteraan hidup masyarakat, pelayanan berkelanjutan, dan semakin memuaskan wisatawan karena lingkungan ramah dan sehat serta nyaman. (Nusa Setiani Triastuti, Universitas Krisnadwipayana Jakarta)