• Kamis, 28 September 2023

Menanggulangi Problem Membaca Teks Bahasa Inggris, Begini Caranya

Brian Hagar
- Selasa, 16 Mei 2023 | 08:27 WIB


VARTADIY.com - Era pembelajaran abad 21 menitikberatkan pada transisi mode pengajaran dari teacher-centered (terpusat pada guru) menjadi student-centered (terpusat pada siswa). Transisi ini
bukan hanya untuk dimaklumi namun diimplementasikan secara nyata dalam kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, kini peran guru adalah sebagai fasilitator di dalam kelas yang hendaknya dapat membimbing para siswa untuk dapat mencapai setiap tujuan pembelajaran.

Di sisi lain, para siswa dituntut agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar dengan menunjukkan performa terbaiknya yang memuat ketrampilan-ketrampilan tertentu. Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, pembelajaran abad 21 menuntut siswa agar menguasai The 4Cs: Communication, Critical Thinking, Collaboration, dan Creativity. The 4Cs merupakan empat keterampilan inti yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya, guru seyogianya memiliki inovasi tersendiri untuk mengintegrasikan beberapa atau mungkin keseluruhan dari The 4Cs dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Tidak mudah memang, namun modernisasi dalam bidang pendidikan terus menerus menginginkan perubahan bermakna yang bermuara pada kemajuan peradaban pendidikan. Dalam tulisan ini, penulis memfokuskan pada keterampilan membaca (reading), mata pelajaran bahasa Inggris di level Sekolah Menengah Atas.

Baca Juga: Picuk Siwi Asmara Makin Ngerock di Usia 64 Tahun

Baca Juga: Espeelsa Project Juara SMMFUN 2023


Berdasarkan hasil observasi mandiri yang telah dilakukan oleh penulis sejak awal tahun 2023, banyak sekali dilema siswa yang timbul di kelas membaca teks berbahasa Inggris. Sebagai pembelajar bahasa asing, kebanyakan siswa mengaku bahwa bahasa Inggris memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Terlebih saat guru meminta mereka untuk membaca teks dan mencoba mengukur tingkat pemahamannya dengan menjawab soal-soal.

Adapun paparan yang akan disampaikan penulis didukung dari data yang diambil dari penelitiannya selama lima bulan (Januari-Mei 2023) terakhir ini. Penulis melakukan penelitian pendahuluan di enam Sekolah Menengah Atas (SMA) di area Yogyakarta, meliputi: Kabupaten Sleman (dua sekolah), Kabupaten Bantul (dua sekolah), dan Kotamadya Yogyakarta (dua sekolah).

Tahap inisiasi ini melibatkan 280 siswa kelas XI jurusan MIPA dan 6 guru bahasa Inggris. Untuk tujuan analisis kebutuhan, penulis mendapat informasi relevan mengenai problematika, perspektif, dan harapan para siswa dan guru terkait membaca teks berbahasa Inggris melalui metode survei dan wawancara.

Dilema pertama, minimnya penguasaan kosa kata (vocabularies) dalam bahasa Inggris. Sebagian besar siswa mengaku bahwa mereka masih kesulitan untuk mengartikan kata demi kata dalam teks bacaan. Tanpa koleksi kosa kata yang cukup, akan sulit bagi siswa untuk mencerna setiap kalimat yang ditemukan di dalam
teks. Guru pun memahami problematika ini dan terus memutar otak terkait strategi jitu seperti apa yang dapat membantu para siswa agar dapat menguasai kata-kata dalam bahasa Inggris dengan mudah namun efektif. Ya, tentu saja dilema ini harus segera teratasi, mengingat perbendaharaan kata juga menunjang
keberhasilan membaca teks berbahasa Inggris.

Kedua, adanya kebutuhan siswa akan atmosfer pembelajaran membaca teks yang menarik, menyenangkan, dan bermakna. Dalam hal ini, para siswa masih menyayangkan skenario pengajaran yang terkesan monoton. Dinilai monoton karena sumber belajar masih cenderung berorientasi pada penggunaan buku paket dan lembar kerja siswa, di mana penugasan pun diambilkan dari bagian/unit buku paket dan lembar kerja siswa
tersebut. Apabila pembelajaran masih monoton maka akan berdampak pada motivasi belajar siswa.


Berdasar pada apa yang telah ditemukan penulis, para guru sebetulnya telah berinisatif untuk menambah sumber yang autentik dan relevan dari media internet dan video. Bahkan, visual aids rupanya telah digunakan di beberapa sekolah. Namun pengemasan skenario kegiatan belajar mengajar masih dirasa kurang inovatif bagi sebagian besar siswa. Oleh karenanya, guru dan siswa sebaiknya memiliki komunikasi yang baik untuk mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan.

Ketiga, sebagai pembaca teks berbahasa Inggris, siswa merasa ‘sendirian’ (alone reader). Hal ini menimbulkan kesulitan selama proses membaca teks. Jika dikaitkan pada dilema pertama dan kedua, tentu siswa yang cenderung kurang mampu memecahkan masalah dalam bacaan/teks akan mengalami kendala yang berarti dan berimbas pada stres selama mengikuti pembelajaran.

Mereka tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat mengartikan kata atau kalimat, sehingga kepercayaan diri beserta motivasinya akan menurun. Alhasil, apabila guru memberikan penugasan, siswa cenderung malas-malasan saat mengerjakan dan kurang fokus/sungguh-sungguh. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, tidak akan ada pemahaman membaca yang benar-benar terukur.

Berdasar tiga dilema yang dipaparkan oleh penulis sebagai temuan studi pendahuluan, tentu hal-hal tersebut merupakan suara hati siswa dalam kegiatan membaca teks berbahasa Inggris. Dengan data dan informasi yang ada, penulis pun berasumsi bahwa perlu adanya paradigma atau konsep yang menjadi dasar cara mendesain suatu model instruksional membaca teks berbahasa Inggris.

Model yang ideal tidak hanya menitikberatkan pada pemahaman tentang teks saja, melainkan juga mewujudkan atmosfer kelas membaca yang menyenangkan dan membuat nyaman si pembaca. Tidak hanya itu, model yang ideal pun turut serta meningkatkan keterampilan sosial para siswa.

Sebagai tindak lanjut dari kebutuhan akan aspek-aspek tersebut, penulis pun mengembangkan model instruksional membaca dengan mengadopsi suatu konsep bernama Peeragogy, yang memiliki keunggulan pada fleksibilitas dan skalabilitasnya (Corneli et al., 2014; Rheingold, 2015). Konsep ini tepat untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar yang mengedepankan kerja tim/kolaborasi antarsiswa. Mengapa demikian? Ada beberapa alasan mengapa penulis mengangkat Peeragogy sebagai acuan. Sebagian besar siswa menyatakan kesulitan memahami teks berbahasa Inggris karena mereka kesulitan mengartikan.

Halaman:

Editor: Brian Hagar

Tags

Terkini

September Ceria Fashion Festival 2 Lebihi Target Peserta

Senin, 18 September 2023 | 13:02 WIB

Makanan Wajib Sultan Yogya Turun Temurun Ternyata Ini

Senin, 11 September 2023 | 19:24 WIB

Ani Seto Sajikan Kimono Lukis di Jogja Japan Week 2023

Senin, 4 September 2023 | 22:16 WIB

Subordinasi dan Konotasi 'Cegil' yang Sedang Viral

Senin, 21 Agustus 2023 | 23:27 WIB
X