VARTADIY.com, Yogya - Nama Marwanto di kancah sastra cukup dikenal. Salah satu sastrawan asal Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum menjadi sastrawan, Marwanto pernah menekuni dunia pewayangan.
Saat SD sering membuat wayang berbahan dasar kardus. Lalu dari wayang-wayang itu Marwanto dikenal sebagai dalang cilik. Meski sempat tak diberi dukungan orangtua, ia tetap mengembangkan bakat mendalang.
Marwanto lahir dan dibesarkan di Kulonprogo 17 Maret 1972. Anak kedua bersaudara. Kakaknya lebih dulu berpulang sehingga membuat Marwanto sebagai anak satu-satunya.
Baca Juga: Balai Bahasa DIY Gelar Bengkel Sastra dan Bahasa di Kulonprogo
Baca Juga: SMAN 1 Yogya dan SMKN 1 Godean Juara Lomba Karya Tulis DPAD DIY
Marwanto mengawali pendidikannya di SD Muhammadiyah Maesa, Kulonprogo Yogyakarta (1979-1985). Pada masa-masa inilah ia mulai aktif dalam kesenian wayang, namun tak mendapat dukungan orangtua. Di mata orangtuanya, menjadi dalang cilik akan mengganggu fokus belajar.
Pada 1985 melanjutkan ke SMPN 1 Lendah. Karena bakatnya dalam bidang pewayangan tidak dapat tersalurkan, masa SMP ini ia sempat tertarik basket. Pernah menjuarai perlombaan lompat tinggi di sekolahnya. Setelah mendapat ijazah SMP, Marwanto ke SMAN 2 Wates. Mulailah Marwanto menyukai sastra.
Memanfaatkan media majalah dinding yang ada di sekolah, Marwanto giat menyalurkan hobinya. Ditambah dukungan penuh kedua orangtua. Membuatnya semakin mencintai sastra hingga jenjang perkuliahan. Kuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Surakarta Jawa Tengah.
Awal kuliah memberanikan diri menulis di media cetak. Tulisan pertamanya sebuah esai pendek dimuat di Minggu Pagi tahun 1992. Karya pertamanya ini sukses, membuatnya semakin percaya diri dan ketagihan terus membuat karya tulis lain.
Marwanto mengirimkan 3 - 4 tulisan setiap minggu ke berbagai media seperti Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Jawa Pos, Kompas, Suara Karya, Pikiran Rakyat dan lainnya.
"Memang tulisan pertama saya itu langsung dimuat, tetapi beberapa tulisan kemudian tak pernah dimuat sampai tulisan ke-20 baru dapat dimuat kembali," kata Marwanto.
Hasil yang ia peroleh dari menulisnya dipergunakan membeli beberapa buku. Pada saat itu uang saku pemberian orangtuanya hanya cukup untuk membayar kuliah dan biaya hidup sehari-hari saja.
Di ranah sastra Kulonprogo, Marwanto memiliki peran penting. Mei 2006 bersama teman-teman pecinta sastra Kulonprogo mendirikan komunitas sastra Lumbung Aksara. Komunitas ini bermarkas di Rumah Aksara Bathok Bolu Wahyuharjo Lendah Kulonprogo DIY, tepatnya di rumah Marwanto.
Kegiatan yang dilaksanakan rutin setiap bulan di antaranya tadarus puisi (pembacaan dan penelaahan puisi), buletin sastra lontar, penerbitan buku antalogi puisi, dan kegiatan baca buku sastra. Sedangkan program tahunan: pembelajaran menulis dan lomba sastra, mengikuti kegiatan Jambore Reading Club dan mengadakan pentas teater.
Tahun 2008, Lumbung Aksara juga pernah menggelar kegiatan temu sastra 3 kota (Purworejo, Kulonprogo, dan Yogyakarta). Kegiatan ini dihadiri kurang lebih 70 sastrawan di tiga kota tersebut.
Lepas dari keeksisan komunitas ini, Lumbung Aksara juga pernah mengalami pasang surut. Pengurus mulai tersibukkan kegiatan masing-masing hingga komunitas mengalami masa surut. Sampai saat ini Lumbung Aksara tetap berkarya meski tidak terlalu intensif.
Tak hanya Lumbung Aksara, Marwanto juga menggagas komunitas sastra lain yaitu Komunitas Sastra-Ku, merupakan hasil tindak lanjut kegiatan Belajar Menulis Sastra Bersama yang diselenggarakan di Desa Wisata Jati Mancol Sukoreno Sentolo Kulonprogo, 26-27 Januari 2019. Sastra-Ku berlokasi di Wisma
Aksara Bathok Bolu Wahyuharjo Lendah Kulonprogo Yogyakarta.