VARTADIY.com, BANTUL- Gempa besar yang melanda DIY 27 Mei 2006, ternyata mmebawa hikmah besar bagi seniman Hendro Pleret. Ketika itu rumahnya hancur. Alhamdulillah dia selamat tak tertimpa reruntuhan bangunan rumah, karena bisa berlindung di bawah piranti dapur rumahnya.
Lalu seniman yang punya latar belakang aktivis tersebut aktif menjadi relawan penanganan korban gempa. Kemampuannya berolah kata serta berorasi, dia berdayakan dengan mengelola radio komunitas untuk menginformasikan perkembangan penanganan korban.
Dan ternyata, dari radio komunitas itulah Hendro Pleret bangkit. Dia sukses pemnajdi pebisnis herbal berkat radio komunitas yang diberi nama Swadesi.
Baca Juga: Drawing Piala Presiden 2022, PSS Sleman Tanding di Manahan
Padahal dahulu ketika pertama kali menggeluti dunia radio, Hendro sering jadi korban buli sesama seniman dan aktivis. “DI kalangan seniman, nyek-nyekan itu wajar. Terutama ketika ada salah satu di antara mereka mencoba dunia baru yang itu dianggap aneh,” kata Hendro Pleret (58).
Teman-temannya menganggap, hendro Pleret kurang kerjaan. Mereka bilang, dengan radio berdaya jangkau radius 1 kilometer, hanya akan berbuah sia-sia.
"Saya hanya bisa berdoa, ketika teman-teman membuli. Semoga dari radio kecil, bisa tumbuh menjadi besar. Saya percaya. Orang yang dibuli termasuk orang teraniaya. Doa orang teraniaya diijabah Allah," tuturnya.
Cibiran dan bulian, disikapi Hendro sebagai asupan untuk membesarkan semangat membangun bisnis radio. Hasilnya sekarang sangat terasa. Hendro Pleret meraih kesuksesan berkat radio. Perlahan dia membenahi Swadesi.
Baik membenahi daya pancar, materi siaran serta manajemen. Bahkan kini Swadesi mengembangkan sayap. Mengelola beberapa stasiun radio di Jawa Tengah. "Tidak boleh ada akuisisi radio. Istilahnya, kami mengelola manajemen. Jaringan Swadesi ada di Yogya, Kebumen, Purworejo dan Rembang," ungkapnya.
Baca Juga: Mbah Lim, Benteng Pancasila Pencetus Slogan NKRI Harga Mati
Di saat bisnis radio mengalami lesu, Hendro Pleret justru menikmati manisnya bisnis media audio ini. Dia menggabungkan radio dengan marketing. Melalui radio, dia jualan obat herbal.
"Saya jualan obat herbal melalui radio. Lewat siaran di Swadesi inilah saya memromosikan obat-obat herbal seperti Bio7 dan Bio Moringa. Responsnya bagus. Terbukti sampai sekarang pemasaran terus berkembang, bahkan saya bisa membangun jaringan pemasaran melalui radio-radio di luar Yogya," paparnya.
Hendro menambahkan, merintis radio komunitas dilakukan beberapa waktu setelah Gempa Yogya 2006. Dia bikin alat pemancar sendiri, siaran sendiri, pasang antena sendiri. Semua dikerjakan sendiri. "Mungkin karena dulu semua saya kerjakan sendiri dan berangkat dari pemancar kecil, sehingga ditertawakan orang, termasuk dibuli teman-teman seniman," tuturnya.
Dia mengaku, Gempa 2006 membawa hikmah besar bagi kehidupan Hendro Pleret. Seniman sekaligus pengusaha jamu herbal tersebut, harus kehilangan ayah tercintanya menjadi korban gempa. "Saat gempa, saya hanya punya uang Rp 150 ribu. Saya tidak mikir kondisi rumah yang hancur. Saya bersama warga mendirikan Posko sebagai sentra koordinasi penanganan korban gempa," kisahnya.
Artikel Terkait
Usai Dzikir Malam Perkutut Itu Datang
Cost and Fee 'Ilmu Murni' Jasa Rancang Bangun yang Banyak Kelebihannya
Mustika Kelapa, Benda Langka Dipercaya Memiliki Energi Astral
Smart Garden, Solusi Berkebun Tanpa Menyiram Tanaman