VARTADIY.com, YOGYA - Meski baru satu setengah tahun,
keberadaan Bale Kinasih, sanggar seni tradisi di Bendung Semin
Gunungkidul Yogyakarta, telah tercatat dalam peta kesenian di
Yogyakarta dan sekitarnya. Pun sudah melahirkan calon-calon
seniman masa depan.
Bale Kinasih berkontribusi besar menggairahkan kesenian tradisi di
wilayah Semin Gunungkidul. Tak hanya masyarakat, pemerintah
daerah juga mengapresiasi lahirnya sanggar seni ini.
Bale Kinasih didirikan pasangan suami istri Totok Pudjianto SH dan
Kinasih. Hingga saat ini Bale Kinasih memberi ruang siapa saja yang ingin berlatih dan memaksimalkan kemampuan seni tradisi.
Baca Juga: Niken Esia: Nyinden Sejak Kelas 4 SD
Baca Juga: Kesenian Langen Thethelan: Satu-satunya di Dunia
Menjadi ajang pelatihan tari, ketoprak, karawitan, jatilan, organ
tunggal, tayub. Peserta pelatihan dari usia 3 tahun hingga 70 tahun.
"Setelah ada sanggar ini, masyarakat punya keinginan dan semangat mendalami seni tradisi. Tidak hanya warga sekitar, juga dari Kabupaten Sukoharjo latihan di sini," terang Kinasih.
Pendirian Bale Kinasih, menurut Totok Pudjianto, bukan sekadar
idealisme semata. Juga mengacu kenyataan: jiwa seni seseorang
terkendala situasi global.
"Dunia seni tradisi seperti tenggelam atau ditenggelamkan. Nah para pelaku seni harus dipikirkan. Bale Kinasih ini lahir untuk memberi para pekerja seni wadah berlatih dan mematangkan kemampuan," kata Totok.
Totok pernah berkecimpung di seni budaya. Pernah melestarikan
budaya. Hasilnya, statis. Begitu-begitu saja. Tidak berkembang. Kini dengan punya Bale Kinasih, Totok berharap tidak hanya
melestarikan, juga menginovasi kesenian tersebut agar ada gerakan baru. Tidak monoton.
Bale Kinasih sanggar non profit. Tidak mengutip biaya atau sewa.
"Peserta iuran sendiri untuk membantu biaya transport pelatih.
Kadang gamelan kami disewa, kami tidak mengutip tarif.
Seikhlasnya," papar Kinasih yang berprosei sebagai perias dan
penyanyi campursari.