VARTADIY.com, YOGYA - Sebagai pekerja panggung khusus gelar busana di Yogyakarta selama 30 tahun, Tosa Santosa banyak mengalami suka duka. Penuh dinamika.
"Seorang teman bidang tata lampu Mas Sugiarto Hanjin bilang ke saya, 'Kita sudah bekerjasama dari alat manual hingga digital. Sungguh penuh warna.' Itu katanya," kata Tosa Santosa kepada VARTADIY.com.
Toh begitu, banyak hal yang membuat Tosa Santosa tetap bertahan dalam konsistensi sebagai pelaksana event Fashion Show.
Salah satunya melihat bahwa ikon busana etnik yang berasal dari produk tradisi, mampu terangkat ke permukaan menjadi ikon produk asli Indonesia, yang membanggakan sekaligus dengan bertambah nilainya.
Baca Juga: AIRA Fashion On The Spot Digelar Empat Hari di JCM
Baca Juga: Ika Mardiana: Ecoprint Kekuatan Indonesia ke Depan
Sarjana teknik kimia UPN Veteran Yogyakarta ini memulai membuat konsep gelar busana pada Jogja Fashion Week 2006. Yaitu menjadikan Yogyakarta sebagai pintu gerbang fesyen Indonesia. Di mana mendorong para produsen busana kembali mengolah produk dari hasil tradisi budaya menjadi produk modern bernilai tambah, yang sejajar dengan produk busana berlabel luar. Sehingga produk asli Indonesia yaitu batik, tenun, lurik, ulos dan lainnya, sebagai dasar busana modern mampu terangkat.
"Dunia produksi busana jalan sejajar dengan dunia presentasi busana pada panggung fesyen. Sebab tanpa presentasi yang baik tak mungkin mampu memperkenalkan produk kreasi para kreator dan perancang busana dengan baik pula," ucap Tosa Santosa yang tinggal di Jalan Agrowisata Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta itu.
Tosa Santosa kepikiran, bagaimana sebuah panggung mampu mendongkrak eksistensi karya atau bahkan menaikan prestise seorang desainer. Hal itu sangat kompleks yang berawal kemampuan sang perancang busana dalam mengolah produknya, hingga bagaimana langkah selanjutnya dalam berpresentasi.
"Kami dari Rumah Pentas telah membuat berbagai event dengan konsep sangat jelas dan terbukti dapat menjaga pelayanannya di bidang panggung busana, secara profesional dan termanajemen dengan baik," ungkap Tosa Santosa yang mendirikan Rumah Pentas, event organizer khusus Fashion Show.
Menurut pelaksana dan konseptor event Jogja Fashion Week (2006-2014) ini, panggung fesyen senyatanya bukan sebuah panggung hiburan semata. Juga bertujuan mempromosikan brand desainer yang berpresentasi ide dalam desainnya. Sekaligus mengangkat nilai jual busana tersebut.
Sehingga dalam pelaksanaannya harus mempunyai tahapan terprogram secara beruntun. Dunia pers dan promosi publik secara luas tidak mungkin diabaikan begitu saja, kata Tosa Santosa.
"Layaknya air dan ikan saling membutuhkan. Dunia panggung fesyen bukan sekadar untuk keramaian serta tepuk tangan sebagai tolok ukurnya. Namun seberapa mampu event tersebut mengangkat nilai jual karya perancang baik secara prestise di media pers, maupun bagi publik pencinta busana dengan konsep dasar tersebut," ujarnya.
Setelah itu terpenuhi, baru bisa dikatakan bahwa sebuah event gelar busana tersebut berhasil. Di Indonesia ada hal yang mengganjal di pikiran Tosa Santosa. Pelaksanaan gelar busana digarap para desainer maupun organisasi-organisasinya.
"Saya pikir sangat rentan terhadap pelayanan bagi perancang pemula maupun yangg hendak meningkatkan bisnisnya jika tidak tergabung dalam keorganisasiannya. Di samping tidak pahamnya pihak terkait dalam memberi kesempatan membuat ajang gelar busana yang tepat tujuan dan bermanfaat bagi produsen busana secara umum," papar Tosa Santosa yang lewat kiprahnya telah melahirkan banyak perancang busana yang kini kondang dan eksis di kancah nasional dan dunia.