Kegigihan Ardi Sehami Berjuang Menempuh Pendidikan, Merintis Usaha dan Menjadi Politisi

- Sabtu, 21 Januari 2023 | 11:44 WIB
H Ardi Sehami SAg MMPar (istimewa)
H Ardi Sehami SAg MMPar (istimewa)

Vartadiy.com -SLEMAN- Tidak ada keberhasilan yang diperoleh dengan cara instan. Orang sukses selalu melewati perjuangan panjang. Ibarat harus berdarah-darah.

Definisi sukses pun bermacam-macam. Menurut H ardi sehami SAg MMPar, tidak ada orang sukses tanpa melalui proses dan melewati banyak tantangan. “Sukses merupakan jawaban masa lalu,” ujarnya.

Apa yang diperoleh Ardi yang kini dikenal sebagai pengusaha arum manis dengan puluhan kayawan, merupakan buah dari perjalanan hidup yang penuh tantangan dan rintangan. Selain sukses berbisnis, warga Berbah ini juga suskes menjadi seorang politisi  dan kini duduk sebagai anggota DPRD Sleman. Ardi juga aktif berdakwah dan aktif di persyaikatan Muhammadiyah.

Baca Juga: Mengatasi Asam Lambung yang Meninggi

Ardi berkisah, dia lahir dari keluarga petani yang ulet. Untuk sekolah di SD, dia harus jalan kaki pagi 1 jam dan pulangnya juga jalan kaki 1 jam.

“Lulus SD saya melanjutkan ke SMP. Saya dititipkan ke seorang guru dari NTB yang bekerja di Manggarai. Tinggal bersama guru membuat hidup saya lebih tertempa. Setiap malam bangun dan menunaikan salat tahajud. Di saat teman-teman seusia saya bermain bebas, saya terbiasa hidup dengan peraturan dan yang paling penting terbiasa dengan kehidupan religius,” paparnya.

Setiap Sabtu, Ardi pulang ke rumah orangtuanya. Jalan kaki 5 kilometer. Minggu sore kembali lagi ke rumah guru jalan kaki dengan memanggul kayu bakar dan beras. Rutinitas ini dilakukan Ardi sampai lulus SMP.

Baca Juga: Gaslighting : Kekerasan Emosional Berbahaya Orang Dekat

Lalu melanjutkan ke madasah aliyah negeri di kabupaten Ende. Awalnya ikut keluarga. Sambil sekolah , Ardi jualan es lilin. Berangkat pagi jalan kaki sejauh 5 kilometer. Pulang sekolah naik angkutan umum. “Lalu saya tinggal di masjid. Menjadi muadzin dan membimbing mengaji,” ujarnya.

Tahun 1992 terjadi tsunami di NTT. Banyak bangunan roboh di wilayah kabupaten Ende. Kebetulan, lanjut Ardi, masjid tempat dia tinggal dan menjadi muadzin, utuh. Tak ada kerusakan.

“Ada 3 pegawai Depag di Ende yang rumahnya hancur. Mereka berasal dari Jawa. Lalu ikut tinggal di rumah marbot (takmir) di kompleks masjid raya. Salah satu di antara mereka dari Yogya, putera kiai pemilik Pondok Pesantren Wahid Hasyim Nologaten,” tuturnya.

Baca Juga: 4 Kisah di Balik Perayaan Imlek, dari Monster Nian hingga Warna Merah

Oleh putera kiai tersebut, Ardi ditawari kuliah di Yogya. Biaya hidup selama di Yogya akan dibantu. Selama kuliah Ardi bisa tinggal di pesanten.

“Saya izin orang tua, dan mereka sanggup membayar uang kuliah. Untuk biaya hidup, saya tinggal dan makan ikut pesantren,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: Adam Bintang

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kenapa Manusia Membodohkan Diri?

Selasa, 28 Maret 2023 | 12:05 WIB

Parfum Tahan Lama, Gimana Caranya?

Selasa, 28 Maret 2023 | 09:05 WIB

Diskursus Perempuan Pencerah Peradaban

Rabu, 22 Maret 2023 | 08:33 WIB

Komunitas Semak Kata Gelar Sarasehan Puisi

Selasa, 14 Maret 2023 | 20:24 WIB

Lima Cara Mendeteksi Kebohongan Seseorang

Kamis, 9 Maret 2023 | 19:24 WIB

Fenomena Dawet Ayu Banjarnegara: Serupa Beda Rasa

Senin, 27 Februari 2023 | 16:09 WIB

Isra Mi'raj dan Teori Pariwisata Modern

Jumat, 17 Februari 2023 | 18:40 WIB

Jika Pasangan Tiba-tiba Ingin Berpisah Harus Bagaimana?

Selasa, 14 Februari 2023 | 09:35 WIB

Cara Atasi Asam Lambung yang Meninggi

Senin, 13 Februari 2023 | 13:05 WIB

Gagal Berumah Tangga Tak Bikin Trauma

Senin, 13 Februari 2023 | 09:51 WIB

Epilog: Penyair Identik dengan Kemalasan?

Senin, 13 Februari 2023 | 08:58 WIB

Wiwin Andie Mantan Model, Kini Desainer Potensial

Rabu, 1 Februari 2023 | 07:27 WIB

Menghitung UKT dari Gaji Orangtua, Begini Caranya

Senin, 30 Januari 2023 | 16:21 WIB
X