VARTADIY.com - Sengaja datang jauh-jauh menemui teman, hanya untuk memaparkan kisah hidupnya yang terasa berat. Perjalanan menuju lokasi sekitar dua jam. Jarak yang lumayan jauh itu dikesampingkan, semata demi mendapat pencerahan. Ia hanya meyakini, teman yang didatangi itu yang bisa memberi solusi.
"Mengadukan masalah tidak dengan sembarang orang. Yang kita yakini bisa dan kapabel, yang bisa membantu kita," papar Asriyati, perempuan lajang berusia 29 tahun.
Kenapa harus curhat pada oranng lain? Pegawai sebuah instansi itu punya alasan kuat.
Baca Juga: Arinda Wae: Penyanyi yang Punya Dua Nama
Baca Juga: Ini 2 Kunci Pendorong Keberhasilan Transformasi Digital BRI!
"Dengan mengeluarkan beban, akan terasa plong. Ada yang mendengarkan. Syukur memberi jalan keluar. Beruntungnya lagi, solusi itu pas dan berhasil bila dilaksanakan. Intinya, butuh kawan ngobrol," papar Asriyati yang mengaku terjerat percintaan terlarang: berhubungan dengan suami orang.
Problem itu yang dikonsultasikan pada teman. Minta pertimbangan. Asriyati mengaku, belakangan merasa berdosa dengan yang dijalani. Memang dari skandal dengan laki-laki yang pantas jadi bapaknya itu, Asriyati termanjakan materi. Hidupnya bergelimang uang. Di era sekarang yang kapitalistik, hal itu sangat menguntungkan. Terlebih sarjana pendidikan itu punya gaya hidup hura-hura.
"Tapi saya telah menyakiti orang lain. Istrinya. Saya juga telah meninggalkan calon suami saya yang sangat setia dan baik demi skandal ini. Itu semua mengganggu pikiran saya saat ini. Saya berdosa. Saya ingin tobat. Maka butuh masukan teman," ungkap Asriyati.
Fenomena curhat bukan hal baru. Di zaman egois saat ini, konvensi tersebut tidak hilang, masih ada. Dan bermacam cara dilakukan orang untuk membagi problemnya. Dengan mendatangi teman yang dipercaya seperti yang dilakukan Asriyati. Bahkan ada juga yang curhat pada orang yang tidak dikenal namun merasa dekat. Pada penyiar radio, misalnya.
Anggun, penyiar sebuah radio di Yogya, mengakui hal tersebut.
"Di acara malam banyak pendengar curhat. Penyiarnya merespons curhatan itu. Padahal itu bukan acara khusus curhat. Spontan saja," terang Anggun.
Kisah yang dicurhatkan beragam tema. Dari masalah berat hingga pesoalan sepele. Ada yang meminta pertimbangan langkah yang harus diambil, berkait dengan calon suami. Tapi ada juga yang tanya atau minta saran sederhana, misal mengambil juruusan kuliah di mana baiknya.
curhat yang saat ini lebih gampang, dengan menuliskan di media sosial. Di WhatsApp, Instagram atau facebook. Namun curhat daring ini punya kelemahan. Bersifat searah. Kadang ada yang menanggapi serius. Tak sedikit yang malah mencandai. Kelemahan lain curhat di medsos, problem yang dikeluhkan terbaca banyak orang.