VARTADIY.com - Muka kusut Yani sangat terlihat jelas beberapa hari ini. Ia memang sedang berduka. Pernikahannya yang belum seumur jagung sudah mulai berkonflik. Mengisyaratkan sebuah perpisahan.
Dengan tegas Yani berkoar akan menggugat suaminya. Alasan utamanya, bicara suami menyakitkan, tidak mau kalah. Memaksakan kehendak. Plus tak jantan lagi. Alias tidak mampu melayani kebutuhan batin istri. Pengakuan tersebut diungkap pada sahabat dekatnya. Ekspresi kaget langsung mencuat.
"Bukankah kalian baru saja menikah? Belum ada dua bulan," komentar sohibnya itu.
"Iya. Tapi ini tak bisa dilanjutkan. Pasti. Harus berakhir," tegasnya.
Tak ada kesedihan mendalam menghinggapi Yani. Hanya sesaat. Apa yang dialami tak membuatnya stres berkepanjangan.
Cerai bukan hal baru bagi perempuan 50 tahun itu. Suami yang sekarang, yang akan digugat cerai, yang keempat. Menurutnya, pertemuan dengan suaminya itu juga baru beberapa bulan. Frekuensi perjumpaan sebelum menikah, bisa dihitung jari. Realitas itu membuatnya belum begitu mendalam rasa sayangnyya
pada suami.
"Rasanya biasa saja. Tidak kehilangan. Malah benci. Omongannya pedas menyakiti hati," paparnya.
Gagal lagi rumah tangganya tak menyurutkan semangat Yani mendambakan suami idaman. Meski diakui sedikit malu dengan realitas yang dialami. Kawin cerai beberapa kali. Namun ia meyakini, yang dialami merupakan bagian dari takdir.
Ibu empat anak dan dua cucu itu menyebut perpisahan dengan suami-suaminya di luar kehendaknya. Terutama tiga terakhir. Suami kedua menganggap tak bisa jadi contoh bagi anak-anak. Karena kecewa, suami lalu melirik perempuan lain. Cerai.
Sebagai orang yang taat beribadah, Yani manut-manut saja saat temannya mengenalkan dengan temannya. Tak kenal lama, bahkan tiga kali ketemu langsung sepakat menikah.
"Ternyata salah orang. Tidak bisa jadi imam. Kelakuannyya buruk. Saya tahu setelah proses ijab tinggal beberapa hari. Nikah jalan terus, tapi seminggu setelahnya saya langsung minta cerai," urainya.
Beberapa tahun sendiri membuatnya gelisah. Yani berkeinginan, harus punya suami. Sebagai tambatan masa depan. Kegagalan yang pernah dialami, tak menciutkan nyali membina rumah tangga lagi. Dikenalkan dengan duda, langsung mengiyakan.
"Tapi ya sama saja. Anda belum beruntung," ucap Yani yang tak patah semangat mendamba pendampingan abadi.