VARTADIY.com, YOGYA - Janji manis brosur pariwisata kadang membuat yang membaca terlena, kemudian datang berwisata. Namun ada kalanya bukan keindahan yang didapati. Justru realitas tragik terpampang di depan mata. Bikin kecewa.
penyair Semarang Beno Siang Pamungkas salah satu korbannya. Setelah mengunjungi Yogyakarta yang ikonik sebagai kota pariwisata, Beno Siang Pamungkas tak mendapati janji muluk yang disampaikan brosur pariwisata Yogya. Pengalaman itu ditulisnya (1992) ke dalam puisi berjudul Yogyakarta.
Tak ada rindu di sini
Hanya lampu-lampu jalanan
Pasangan kesepian di pinggir malam
Bau tahi kuda, keringat tukang beca
Mencipta suasana duka
Kota dengan riwayat besar
Yang mengubur dirinya.
Yogya bermasa depan di silam
Aku turis
Terpedaya brosur pariwisata.
Baca Juga: Camilan Harian Ebiet G Ade: Lanting
Baca Juga: Epilog: Penyair Identik dengan Kemalasan?
Puisi tersebut termuat dalam antologi puisi terbaru Beno Siang Pamungkas berjudul Panen. Buku yang dipersembahkan bagi cucu pertama, Magnus Gerard Ong itu berisi 73 puisi. Yogyakarta pernah masuk di antologi Ensiklopedi Kesedihan.
Panen materinya sebagian puisi lama. "Betul. Cepet-cepetan. Soalnya itu untuk kado cucuku. Cuma seminggu nyiapinnya," papar Beno Siang Pamungkas yang pernah meluncurkan buku puisi tunggal Ensiklopedi Kesedihan dan Gobang Semarang.
Ada beberapa puisi terbaru di antologi Panen. Salah satunya Ambience Experiment :
Dari ruang yang kehabisan oksigen
Sirine meraung
Kirimkan sinyal elektrik
Melolong kehabisan lagu
Di dawaimu
Kulihat pesawat jatuh
Kapal tenggelam
Sapien tertawan sepi di dasar dunia
Cermin tipu daya.
Semarang, 15 Januari 2023.