VARTADIY.com, SLEMAN- Suhu politik semakin hangat, seiring kian dekatnya hajat pesta demokrasi Pemilu dan Pilpres 2024. Secara teori, potensi keterpilihan seorang kandidat dipengaruhi oleh kemampuan meraup suara.
Berbagai strategi dilakukan oleh para kandidat yang akan berkontestasi berebut kursi jabatan melalui ajang pesta demokrasi. Lembaga survei pundilibatkan guna mengukur tingkat elektabilitas seorang kandidat.
Namun di balik hiruk-pikuk upaya meraih dukungan partai maupun rakyat sebagai pemilik suara, mayoritas masyarakat masih memercayai, adanya faktor X dalam setiap hajat pemilihan untuk mengisi jabatan pemerintahan, melalui pemungutan suara. Mereka menyebutnya sebagai pulung.
Baca Juga: Permintaan Ekspor Jahe Organik ke Eropa dan Amerika belum Terpenuhi
Maka di balik hiruk pikuk kampanye kandidat menggalang dukungan dan membangun citra diri, kerap terselip cerita-cerita yang sulit terkonfirmasi kebenarannya. Bahwa kandidat A sowan Kiai X, tirakat di makam Y, dan kabar-kabar setipe yang muaranya adalah dunia supranatural.
Tujuannya adalah memohon kepada Tuhan agar didekatkan dan diberi keberuntungan sehingga bisa memenangkan kontestasi berebut kedudukan.
Konsultan spiritual Ki Wirosekti Kusumo mengungkap adanya ritual Mulung Pulung. "Ini semacam jemput bola agar memeroleh keberuntungan dalam kontestasi pesta demokrasi," ujar Pimpinan Padepokan Pagerwojo ini.

Baca Juga: Skuad Super Elja Menyongsong Liga 1 2022-2023 Berserta Nilai Pasar Pemain
Ritual Mulung Pulung dimensinya sangat luas. Tak hanya sebatas ikhtiar agar mendapat keberuntungan dan memenangkan kontestasi pesta demokrasi.
"Ada ikhtiar napak tilas sejarah di wilayah yang sedang menggelar pesta demokrasi. Mengenang perjuangan, mengenal sifat-sifat positif dari para perintis yang membangun daerah itu untuk ditransfer dan diselaraskan dengan kandidat yang punya hajat melakukan ritual. Prosesnya butuh waktu lama. Sehingga rangkaian ritual ini dilakukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pemilihan. Tidak bisa instan," papar warga Grenjeng Purwomartani Kalasan Sleman ini.
Mulung Pulung merupakan proses panjang mengundang keberuntungan serta menyelaraskan kandidat dengan aura di wilayah dimana pesta demokrasi digelar.
Disebutnya, Mulung Pulung merupakan ritual yang dilakukan para calon raja tempo dulu. Seorang putra mahkota, sebelum dinobatkan menjadi raja, harus keluar dari keraton. Berkelana ke hutan, gunung dan tempat-tempat wingit, melakukan tirakat agar mendapatkan pulung sehingga kelak ketika dinobatkan sebagai raja, putra mahkota tersebut kuat bertahta.
"Dulu proses suksesi di kerajaan sudah ditentukan putra mahkotanya. Sehingga tinggal menyiapkan sisi spiritual putra mahkota melalui tirakat untuk mendapatkan pulung. Sekarang dalam konteks demokrasi modern, karena ada kompetisi, maka selain Mulung Pulung, ada ritual panjang yang disebut Mbeleh Jago. Tujuannya memangkas aura keberuntungan kompetitor," ungkapnya. (***)
Artikel Terkait
Fenomena Unik Batu Akik Bergambar Kuda hingga Prabu Jayabaya
Ingin Hati Tenteram, Amalkan Ini
Gendam Seharusnya untuk Kebaikan
Kisah Sunan Geseng, Gula Aren Berubah Emas Batangan
Usai Dzikir Malam Perkutut Itu Datang