Dalam konteks home Ardi menjelaskannya sebagai situasi yang dapat membantu mantan pelaku teror melepaskan diri atau terderadikalisasi. Akan tetapi, home juga dapat menjadi faktor pendorong residivisme pelaku teror. Contoh dari konteks home yaitu keluarga yang menjadi faktor penting dalam desistensi karena berkaitan dengan hubungan pro-sosial dan kepedulian.
"Empati kepada anggota keluarganya agar tidak lagi berinteraksi dengan kelompok radikal. Ini menjadi sangat penting peran dari home (lingkungan rumah)," tutur dia.
Dalam konteks habit, Ardi menjelaskan bahwa kebiasaan, pengaruh lingkungan, dan jaringan dapat mempengaruhi perubahan mantan pelaku teror ke arah desistensi dari
terorisme atau residivis. Apabila mantan pelaku teror sudah tidak terlibat dalam tindakan-tindakan seperti nesting, financing, maupun communication terhadap kelompok teroris, terdapat kemungkinan mereka menuju desistensi dari terorisme.
"Akan tetapi kondisi sebaliknya dapat terjadi ketika para mantan pelaku teror masih terlibat dalam berbagai macam tindakan-tindakan di atas," kata dia.
Dia menambahkan, bahwa kelompok teroris menggunakan strategi propaganda untuk menyebarkan paham radikalnya kepada calon pengikut. Hal ini membuktikan bahwa elemen head lebih awal dari hand. Pasalnya penyebaran paham radikal melalui propaganda kelompok teroris semakin tidak bisa dihindari akibat perkembangan internet saat ini.
Propaganda dari kelompok teroris mengakibatkan mantan teroris rentan kembali terlibat
dalam tindakan radikal.
"Hal ini menunjukan para mantan teroris masih memiliki elemen head yang kuat dengan radikalisme terorisme sehingga mereka tidak ragu untuk kembali ke dalam kelompok teroris," aku dia. (***)