BRI Optimistis Jaga Pertumbuhan Berkelanjutan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

- Senin, 23 Januari 2023 | 05:28 WIB
Direktur Utama BRI Sunarso (Foto : Istimewa)
Direktur Utama BRI Sunarso (Foto : Istimewa)

VARTADIY.com, Jakarta – World Bank dalam laporannya yang berjudul “Is a Global Recession Imminent?” memprediksi kemungkinan terjadinya resesi ekonomi global pada tahun 2023.

Berkaitan dengan hal tersebut, Presiden Joko Widodo mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk optimistis menghadapi kondisi perekonomian tahun ini yang masih dengan penuh ketidakpastian.

Sebagai perusahaan BUMN yang menjadi bagian dari stabilitas perekonomian nasional, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI telah memetakan sejumlah tantangan ekonomi yang akan sangat berpengaruh pada industri perbankan di Tanah Air tahun ini.

Baca Juga: Simpatisan ISIS Ditangkap Densus 88 di Dusun Jetis Jogopaten Pandowoharjo Sleman Yogyakarta

Direktur Utama BRI Sunarso menjabarkan tantangan-tantangan ekonomi tersebut. Yaitu resesi yang akan memukul ekonomi Amerika Serikat dan diperkirakan terjadi pada semester II/2023. Hal tersebut dinilai akan mengganggu laju pertumbuhan ekonomi global secara agregat.

“Kemudian (kedua) juga masih terjadi tensi geopolitik yang tinggi terutama akibat ketegangan dan perang di Rusia dan Ukraina. Juga antara China-Taiwan yang mendorong disrupsi di rantai pasok, saya kira ini juga sangat challenging,” kata Sunarso.

Tantangan berikutnya adalah tekanan inflasi global yang masih tinggi dengan respon utama dari bank sentral setiap negara adalah menaikkan suku bunga.

Baca Juga: Bisnis Songsong Ramadan, Begini Panduannya

Di Indonesia, kata Sunarso, penurunan subsidi BBM akan berdampak pada kenaikan inflasi sampai tahun ini sehingga mendorong penaikan biaya produksi, penurunan pendapatan riil masyarakat, hingga berpotensi mengurangi tabungan masyarakat di bank.

Kemudian yang terakhir adalah kasus Covid-19 di China yang kembali meningkat. Hal itu pasti akan mengganggu secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi secara global karena China adalah negara Super Power selain Amerika Serikat. 

Di sisi lain, dengan kondisi tersebut beberapa negara maju memiliki peluang resesi yang tinggi.

Baca Juga: Presiden Jokowi, Ketum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf Semarakkan Jalan Sehat Menuju 1 Abad NU di Solo

Sunarso mengutip data Bloomberg yang menyebut probabilitas resesi ekonomi di China, Hongkong dan Australia mencapai 20%. Korea Selatan dan Jepang 25%, Selandia Baru 33%, Amerika Serikat 40% sedangkan Uni Eropa 50%. Adapun Indonesia menurutnya patut disyukuri karena probabilitasnya hanya 3%.

“Alhamdulillah Indonesia peluang untuk resesi itu hanya 3%. Kita juga bangga bahwa Indonesia mampu mengelola ekonominya mampu mengintegrasikan dan mengkonsolidasikan secara baik. Maka saya kira ekonomi kita cukup solid dan kemudian peluang terjadinya resesi di Indonesia hanya 3%,” ujarnya.

Halaman:

Editor: H. Chaidir

Tags

Artikel Terkait

Terkini

G2RT Goes to Egypt: Akses Hubungan Global Dagang

Rabu, 29 Maret 2023 | 09:38 WIB

Lima Ide Jualan Online Bulan Puasa, Apa saja?

Sabtu, 11 Maret 2023 | 08:53 WIB

Gemor, Bahan Obat Nyamuk yang Mulai Hilang

Senin, 6 Maret 2023 | 11:37 WIB
X